(ditulis oleh: Al-Ustadzah Ummu Ishaq
Al-Atsariyah)
Dalam sebuah hadits yang
shahih disebutkan:
مَثَلُ الْـجَلِيْسِ الصَّالـِحِ
وَالسُّوْءِ كَحَامِلِ الْمِسْكِ وَنَافِخِ الْكِيْرِ. فَحَامِلُ الْـمِسْكِ
إِمَّا أَنْ يَحْذِيَكَ وَإِمَّا أَنْ تَبْتَاعَ مِنْهُ، وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ
مِنْهُ رِيْحًا طَيِّبَةً، وَنَافِخُ الْكِيْرِ إِمَّا أَنْ يُحْرِقَ ثِيَابَكَ وَإِمَّا
أَنْ تَجِدَ رِيْحًا خَبِيْثَةً
“Permisalan teman duduk yang baik
dan teman duduk yang jelek seperti penjual minyak wangi dan pandai besi. (Duduk
dengan) penjual minyak wangi bisa jadi ia akan memberimu minyak wanginya, bisa
jadi engkau membeli darinya dan bisa jadi engkau akan dapati darinya aroma yang
wangi. Sementara (duduk dengan) pandai besi, bisa jadi ia akan membakar
pakaianmu dan bisa jadi engkau dapati darinya bau yang tak sedap.” (HR.
Al-Bukhari dan Muslim)
Rasulullah n menerangkan bahwa teman
dapat memberikan pengaruh negatif ataupun positif sesuai dengan kebaikan atau
kejelekannya. Beliau n menyerupakan teman bergaul atau teman duduk yang baik
dengan penjual minyak wangi. Bila duduk dengan penjual minyak wangi, engkau
akan dapati satu dari tiga perkara sebagaimana tersebut dalam hadits. Paling
minimnya engkau dapati darinya bau yang harum yang akan memberi pengaruh pada
jiwamu, tubuh dan pakaianmu. Sementara kawan yang jelek diserupakan dengan
duduk di dekat pandai besi. Bisa jadi beterbangan percikan apinya hingga
membakar pakaianmu, atau paling tidak engkau mencium bau tak sedap darinya yang
akan mengenai tubuh dan pakaianmu.
Dengan demikian jelaslah, teman
pasti akan memberi pengaruh kepada seseorang. Dengarkanlah berita dari
Al-Qur`an yang mulia tentang penyesalan orang zalim pada hari kiamat nanti
karena dulunya ketika di dunia berteman dengan orang yang sesat dan menyimpang,
hingga ia terpengaruh ikut sesat dan menyimpang.
“Dan ingatlah hari ketika itu orang
yang zalim menggigit dua tangannya, seraya berkata, ‘Aduhai kiranya dulu aku
mengambil jalan bersama-sama Rasul. Kecelakaan besarlah bagiku, andai kiranya
dulu aku tidak menjadikan si Fulan itu teman akrabku. Sungguh ia telah
menyesatkan aku dari Al-Qur`an ketika Al-Qur`an itu telah datang kepadaku.’ Dan
adalah setan itu tidak mau menolong manusia.” (Al-Furqan: 27-29)
‘Adi bin Zaid, seorang penyair Arab,
berkata:
عَنِ الْـمَرْءِ لاَ تَسْأَلْ وَسَلْ
عَنْ قَرِيْنِهِ فَكُلُّ قَرِيْنٍ بِالْـمُقَارَنِ يَقْتَدِي
إِذَا كُنْتَ فِي قَوْمٍ فَصَاحِبْ
خِيَارَهُمْ وَلاَ تُصَاحِبِ الْأَرْدَى فَتَرْدَى مَعَ الرَّدِي
Tidak perlu engkau bertanya tentang
(siapa) seseorang itu, namun tanyalah siapa temannya
Karena setiap teman meniru temannya
Bila engkau berada pada suatu kaum
maka bertemanlah dengan orang yang terbaik dari mereka
Dan janganlah engkau berteman dengan
orang yang rendah/hina niscaya engkau akan hina bersama orang yang hina
Karenanya lihat-lihat dan
timbang-timbanglah dengan siapa engkau berkawan.
Dampak Teman yang Jelek
Ingatlah, berteman dengan orang yang
tidak baik agamanya, akhlak, sifat, dan perilakunya akan memberikan banyak
dampak yang jelek. Di antara yang dapat kita sebutkan di sini:
1. Memberikan keraguan pada
keyakinan kita yang sudah benar, bahkan dapat memalingkan kita dari kebenaran.
Sebagaimana Allah k berfirman:
Lalu sebagian mereka (penghuni
surga) menghadap sebagian yang lain sambil bercakap-cakap. Berkatalah salah
seorang di antara mereka, “Sesungguhnya aku dahulu (di dunia) memiliki seorang
teman. Temanku itu pernah berkata, ‘Apakah kamu sungguh-sungguh termasuk orang
yang membenarkan hari berbangkit? Apakah bila kita telah meninggal dan kita
telah menjadi tanah dan tulang belulang, kita benar-benar akan dibangkitkan
untuk diberi pembalasan.” Berkata pulalah ia, “Maukah kalian meninjau temanku
itu?” Maka ia meninjaunya, ternyata ia melihat temannya itu di tengah-tengah
neraka yang menyala-nyala. Ia pun berucap, “Demi Allah! Sungguh kamu
benar-benar hampir mencelakakanku. Jikalau tidak karena nikmat Rabbku pastilah
aku termasuk orang-orang yang diseret ke neraka.” (Ash-Shaffat: 50-57)
Dengarkanlah kisah wafatnya Abu
Thalib di atas kekafiran karena pengaruh teman yang buruk. Tersebut dalam
hadits Al-Musayyab bin Hazn, ia berkata, “Tatkala Abu Thalib menjelang
wafatnya, datanglah Rasulullah n. Beliau dapati di sisi pamannya ada Abu Jahl
bin Hisyam dan Abdullah bin Abi Umayyah ibnil Mughirah. Berkatalah Rasulullah
n, ‘Wahai pamanku, ucapkanlah Laa ilaaha illallah, kalimat yang dengannya aku
akan membelamu di sisi Allah.’ Namun kata dua teman Abu Thalib kepadanya,
‘Apakah engkau benci dengan agama Abdul Muththalib?’ Rasulullah n terus menerus
meminta pamannya mengucapkan kalimat tauhid. Namun dua teman Abu Thalib terus
pula mengulangi ucapan mereka, hingga pada akhirnya Abu Thalib tetap memilih
agama nenek moyangnya dan enggan mengucapkan Laa ilaaha illallah. (HR.
Al-Bukhari dan Muslim)
2. Teman yang jelek akan mengajak
orang yang berteman dengannya agar mau melakukan perbuatan yang haram dan
mungkar seperti dirinya. Allah k berfirman tentang munafikin:
“Mereka menginginkan andai kalian
kafir sebagaimana mereka kafir hingga kalian menjadi sama.” (An-Nisa`: 89)
3. Tabiat manusia, ia akan
terpengaruh dengan kebiasaan, akhlak, dan perilaku teman dekatnya. Karenanya
Rasulullah n bersabda:
الرَّجُلُ عَلَى دِيْنِ خَلِيْلِهِ،
فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ
“Seseorang itu menurut agama teman
dekat/sahabatnya, maka hendaklah salah seorang dari kalian melihat dengan siapa
ia bersahabat1.” (HR. Abu Dawud dan At-Tirmidzi. Dishahihkan Asy-Syaikh
Al-Albani dalam Ash-Shahihah no. 927)
4. Melihat teman yang buruk akan
mengingatkan kepada maksiat sehingga terlintas maksiat dalam benak seseorang.
Padahal sebelumnya ia tidak terpikir tentang maksiat tersebut.
5. Teman yang buruk akan
menghubungkanmu dengan orang-orang yang jelek, yang akan memudaratkanmu.
6. Teman yang buruk akan
menggampangkan maksiat yang engkau lakukan sehingga maksiat itu menjadi
remeh/ringan dalam hatimu dan engkau akan menganggap tidak apa-apa
mengurangi-ngurangi dalam ketaatan.
7. Karena berteman dengan orang yang
jelek, engkau akan terhalang untuk berteman dengan orang-orang yang baik/shalih
sehingga terluputkan kebaikan darimu sesuai dengan jauhnya engkau dari mereka.
8. Duduk bersama teman yang jelek
tidaklah lepas dari perbuatan haram dan maksiat seperti ghibah, namimah, dusta,
melaknat, dan semisalnya. Bagaimana tidak, sementara majelis orang-orang yang
jelek umumnya jauh dari dzikrullah, yang mana hal ini akan menjadi penyesalan
dan kerugian bagi pelakunya pada hari kiamat nanti. Sebagaimana sabda
Rasulullah n:
مَا مِنْ قَوْمٍ يَقُوْمُوْنَ مِنْ
مَجْلِسٍ لَمْ يَذْكُرُوا اللهَ تَعَالَى فِيْهِ، إِلاَّ قَامُوْا عَنْ مِثْلِ
جِيْفَةِ حِمَارٍ وَكَانَ لَهُمْ حَسْرَةً
“Tidak ada satu kaum pun yang
bangkit dari sebuah majelis yang mereka tidak berzikir kepada Allah ta’ala
dalam majelis tersebut melainkan mereka bangkit dari semisal bangkai keledai2
dan majelis tersebut akan menjadi penyesalan bagi mereka.” (HR. Abu Dawud.
Dishahihkan Asy-Syaikh Al-Albani t dalam Ash-Shahihah no. 77)
Demikian… Semoga ini menjadi
peringatan!
(Dinukil secara ringkas dengan
perubahan dan tambahan oleh Ummu Ishaq Al-Atsariyah dari kitab Al-Mukhtar lil
Hadits fi Syahri Ramadhan, hal. 95-99)
1 Seseorang akan berperilaku seperti
kebiasaan temannya dan juga menurut jalan serta perilaku temannya. Maka
hendaknya setiap kita merenungkan dan memikirkan dengan siapa kita bersahabat.
Siapa yang kita senangi agama dan akhlaknya maka kita jadikan ia sebagai teman,
dan yang sebaliknya kita jauhi. Karena yang namanya tabiat akan saling meniru
dan persahabatan itu akan berpengaruh baik ataupun buruk. (Tuhfatul Ahwadzi,
kitab Az-Zuhd, bab 45)
2 Sama dengan bangkai keledai dalam
bau busuk dan kotornya. (‘Aunul Ma’bud, kitab Al-Adab, bab Karahiyah An Yaqumar
Rajulu min Majlisihi wala Yadzkurullah)